*tulisan ini masuk halaman utama 'Ngerumpi' tanggal 5 September 2011 :3*
"Baik-baik ya disini."
Ucapmu. Dan kamu mengecup keningku sesaat sesudahnya.
Aku menatapmu dengan tatapan seolah minta dikasihani. Dan kamu tersenyum, seolah mengerti bahwa aku benar-benar tidak ingin kamu pergi, tidak menit ini, tidak detik ini.
"Aku pasti pulang. Setidaknya... ya sebulan sekali." Kamu mengacak-acak rambutku, kemudian tertawa pelan. "Udah dong jangan manyun gitu. Jelek tau."
Aku makin mempertahankan ekspresi kesalku, "Nyebelin..."
"Eh, ntar kangen loh sama nyebelin-nyebelinnya aku..." Katamu, lugu. Sambil sejurus kemudian, tersenyum lucu khas kamu.
"Kamu sekarang pulang aja aku bakal udah langsung kangen..." Lagi, aku memasang tampang memelas. Benar-benar meminta kamu untuk tidak pergi, tidak menit ini, tidak detik ini.
Tiba-tiba kamu menatapku. Air mukamu serius, tidak khas kamu, dan membuatku tertawa, kali ini. "Ih serius banget mukanya..." Aku tersenyum setelah sukses mengontrol tawaku.
Raut wajahmu tidak berubah, kamu bahkan tidak lagi ikut tersenyum sedikitpun, kendati aku menertawakanmu. Membuatku langsung mengerti, kamu benar-benar serius kali ini.
"Emang serius. Dengerin sini."
Kamu menatap mataku, memaku sosokku di dalam sana. Hal yang selalu kamu lakukan jika aku meragu, dan menuntut untuk diyakinkan.
Melihat mata seseorang saat berbicara membuat kita yakin dengan apa yang sedang dibicarakan. Karena mata tidak akan pernah berbohong. Katamu. Dan aku pun meyakini itu.
Binar matamu yang amat-sangat-kusukai itu membuatku menerka-nerka apa yang akan kamu ucapkan. Aku balas menatap matamu dengan tatapan 'kamu-mau-bilang-apa-?'
"Kamu, tolong, jaga diri baik-baiklah disini."
Pesanmu. Lalu kamu tersenyum, "Aku pergi dulu ya. Sampai ketemu lagi." Kamu menyodorkan tanganmu, dan aku menciumnya, begitu pun kamu balas mencium tanganku. Ya, kebiasaan kecil kita.
"Hati-hati di jalan. Kalau udah nyampe, kabarin aku ya." Aku berusaha keras untuk menahan sesak yang berdesakan di tenggorokanku.
"I love you." Ucapmu, pelan. Seolah tanpa suara. Tapi aku, selalu mampu mendengarnya. Dan aku mengangguk mengiyakan. Aku pun, amat-sangat-mencintai kamu.
Mungkin seperti yang salah seorang temanku pernah bilang, hubungan jarak jauh itu seperti mengencangkan sebuah tali, semakin jauh ditarik, ikatannya semakin kencang.
Maka biarkanlah kita berjauhan, biarkan kita lebih menghargai waktu, biarkan kita mengadu pada rindu, biarkan kita bertoleransi dengan waktu.
Ingatlah Sayang, kita selalu satu hari lebih dekat dengan waktu kita akan bertemu lagi.
"...promise me, you'll wait for me.
And I'll be saving all my love for you..."
0 komentar:
Posting Komentar