"I break up."
Satu kalimat di layar BlackBerry-ku, pukul dua puluh tiga kurang lima belas menit.
Yang sukses membuatku shock.
Sebenarnya, ini-shock-karena-apa, aku tidak begitu paham.
Adalah chat dari seorang teman, yang mengatakan kalau dia dan Pacarnya baru saja berpisah.
Seharusnya reaksiku tidak seperti ini jika saja 1 minggu sebelum hari ini,
kita tidak membicarakan tentang betapa tidak maunya kita merasakan kehilangan(lagi).
Baru saja sekitar 1 minggu yang lalu,
kita terduduk di sebuah kedai, 3 jam membicarakan tentang perpisahan, kehilangan.
Dan betapa tidak inginnya kita kehilangan apa yang sedang masing-masing kita genggam saat ini.
Juga harapan-harapan muluk tentang masa depan.
Tapi ternyata, apa yang ditakutkan justru terjadi. Hari ini, detik ini.
"No. That's just... impossible."
"Oh yeah, it's over."
Satu, dua, tiga...
Perpisahan demi perpisahan terjadi.
Dari hubungan yang sudah terjalin selama 2 tahun lamanya, sampai pasangan yang baru saja memulai hubungan mereka.
Ah, entahlah...
rasanya menyesakkan.
Melihat kenyataan bahwa perpisahan itu ada, nyata, mungkin terjadi.
Bisa datang begitu saja tanpa aba-aba satu dua tiga,
tak ubahnya jatuh cinta.
Perpisahan itu nyata, senyata jatuh cinta.
Dapat terjadi begitu saja, secara tiba-tiba, seperti pertemuan.
Kita tidak akan pernah tahu ketika cinta mengendap-endap di belakang,
dan tiba-tiba menyergap hingga akhirnya kita jatuh.
Pun perpisahan,
bisa saja tiba-tiba dia datang dan menyerbu.
Satu kalimat di layar BlackBerry-ku, pukul dua puluh tiga kurang lima belas menit.
Yang sukses membuatku shock.
Sebenarnya, ini-shock-karena-apa, aku tidak begitu paham.
Adalah chat dari seorang teman, yang mengatakan kalau dia dan Pacarnya baru saja berpisah.
Seharusnya reaksiku tidak seperti ini jika saja 1 minggu sebelum hari ini,
kita tidak membicarakan tentang betapa tidak maunya kita merasakan kehilangan(lagi).
Baru saja sekitar 1 minggu yang lalu,
kita terduduk di sebuah kedai, 3 jam membicarakan tentang perpisahan, kehilangan.
Dan betapa tidak inginnya kita kehilangan apa yang sedang masing-masing kita genggam saat ini.
Juga harapan-harapan muluk tentang masa depan.
Tapi ternyata, apa yang ditakutkan justru terjadi. Hari ini, detik ini.
"No. That's just... impossible."
"Oh yeah, it's over."
Satu, dua, tiga...
Perpisahan demi perpisahan terjadi.
Dari hubungan yang sudah terjalin selama 2 tahun lamanya, sampai pasangan yang baru saja memulai hubungan mereka.
Ah, entahlah...
rasanya menyesakkan.
Melihat kenyataan bahwa perpisahan itu ada, nyata, mungkin terjadi.
Bisa datang begitu saja tanpa aba-aba satu dua tiga,
tak ubahnya jatuh cinta.
Perpisahan itu nyata, senyata jatuh cinta.
Dapat terjadi begitu saja, secara tiba-tiba, seperti pertemuan.
Kita tidak akan pernah tahu ketika cinta mengendap-endap di belakang,
dan tiba-tiba menyergap hingga akhirnya kita jatuh.
Pun perpisahan,
bisa saja tiba-tiba dia datang dan menyerbu.
Tetapi senyata apapun perpisahan,
entah mengapa aku ingin ia tetap berada dalam imaji jika itu tentang kamu.
Senyata wujud perpisahan,
senyata itu pula engganku kehilangan.
Jika kita adalah 2 buah garis,
kuharap pada akhirnya kita berada di satu titik temu.
Bukan berpotongan, tak juga hanya bersinggungan, atau malah tak sejalan.
Jika ini adalah perjalanan,
semoga aku sedang menuju kamu selalu.
kuharap pada akhirnya kita berada di satu titik temu.
Bukan berpotongan, tak juga hanya bersinggungan, atau malah tak sejalan.
Jika ini adalah perjalanan,
semoga aku sedang menuju kamu selalu.
0 komentar:
Posting Komentar