Mungkin sedikitnya ada sesuatu yang berubah,
ketika kita jadi sama-sama sering menghela nafas panjang.
Kupikir kita bukan lagi kita ketika sedang bertengkar.
Selalu,
setiap kita bertemu dengan masalah pelik,
kita selalu lupa kita pernah sehangat peluk.
Ada sesuatu yang mengalir dari kedua pelupuk mataku malam ini.
Tentu saja karena kamu, tapi bukan karena salahmu.
Salahku, selalu. Katamu.
Tapi yang kuingat sejak pertama aku menggandeng tanganmu adalah,
kita seharusnya saling.
Jika ada yang harus dirubah, kita berdualah yang berubah.
Yang kuingat tentang kita adalah,
kita seharusnya saling terbuka. Jika kamu, atau aku, salah, atau marah, tidak seharusnya ada yang dipendam.
"Kita pacaran terbuka kan, Sayang? Kalau marah, ya marah. Kalau bete ya bete, gak ada yang ditutupin ya?"
Ah, kalimatmu yang mana yang tidak aku ingat?
Dan tentu saja ketika aku tidak lagi tahu aku sedang menghadapi kamu yang bagaimana,
aku seperti dihimpit dua pertanyaan.
Apakah ini aku yang gagal memahami kamu, atau aku salah dengar waktu itu?
Terkadang aku hanya masih terlalu manja,
sehingga kadang aku dibuat bingung dengan caramu mencintai.
Aku masih terlalu peka untuk menerima nada bicaramu yang sedikit tidak biasa, atau meningkat satu nada.
Aku hanya masih terlalu ketakutan menerima sikap dinginmu yang bukan berarti tidak sayang.
Aku hanya pengecut yang selalu ketakutan untuk membayangkan kamu pergi.