Sederhana.

Minggu, 30 Januari 2011 Label: ,

Mendadak dapet inspirasi. Ngeliat keluarga Ua aku. Kesannya, hangat. Gitu deh pokoknya. Udah kayak keluarga cemara. Meskipun semuanya sederhana, tapi kadang suka pengen banget ngerasain keluarga yang kayak gitu. Aku ngga pengen ngejelasin dengan gamblang di Blog soal family, tapi intinya.... sometimes I feel like, "Oh, they're really happy." Sering aja, gitu, misalnya tiap aku beli sesuatu, terus aku kasih Ua aku juga, Ua aku pasti ntarnya bagi-bagi itu di rumah sama semua keluarganya. Pernah juga aku kasih sesuatu buat Ua aku, terus anaknya nanya, "Ayah ngga dimakan?" Ua aku pasti jawab, "Iya mau ntar aja sama Ibu di rumah." Well, ngga tau kenapa aku pikir, itu kayaknya so sweet abis.

Aku jadi inget lagi sama "cerita" yang dulu pernah aku bikin. Gara-gara terinspirasi dari lagunya Tompi yang Tak Pernah Setengah Hati. Tepatnya sih, aku terinspirasi gara-gara ngeliat video klipnya. Well, kalo mau nyimak "cerita"-nya, mending liat dulu video klipnya okey hehehe so sweet loh :D So, simak tulisan acak adut Faradita yang berikut ini... oh iya, ceritanya sudut pandang seorang suami ya :)
WARNING! Mengandung tingkat gombalisme yang tinggi.

Tak pernah setengah hati
Ku mencintaimu ku memiliki dirimu
Setulus-tulusnya jiwa
Ku serahkan semua hanya untukmu
Tak pernah aku niati untuk melukaimu
Atau meninggalkan dirimu
Sesal ku selalu bila tak sengaja
Aku buat kau menangis
Memiliki mencintai dirimu kasihku
Tak akan pernah membuat diriku menyesal
Sungguh matiku
Hidupku kan selalu membutuhkan kamu

(Tompi - Tak Pernah Setengah Hati)

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun.
Tak terasa kita sudah lama bersama, tapi bagiku, rasanya baru kemarin aku memintamu untuk menjadi istriku.
Sayangku,
seiring dengan waktu yang terus berjalan, aku kini bisa melihat kerut di wajahmu. Tapi kau tetaplah wanita yang paling cantik di mataku.
Sayangku,
kau tahu?
Terkadang aku merasa tidak bahagia.
Bukan, bukan karena engkau, sayangku. Tapi karena aku tak pernah cukup membahagiakanmu. Bagaimana bisa aku bahagia jika aku tak melihatmu bahagia, sayang?
Bertahun-tahun kita hidup bersama, dalam ketidakcukupan.
Ketika para wanita lain bersenang-senang belanja di mall, kau tak mengeluh dan tetap tersenyum bersamaku di tempat kumuh penuh sampah hanya untuk membantuku mencari nafkah.
Ketika para wanita lain menikmati fasilitas salon dan pijat refleksi, kau tak pernah absen untuk memijat pundakku, mengusap peluh di keningku, dan membuatkan aku segelas kopi.
Ketika para wanita lain memarahi suaminya karena tidak membelikannya mobil bagus, furniture mewah, dan berbagai macam gaun, kau memarahiku ketika aku memberimu pakaian bekas yang padahal kubeli dengan harga sangat murah, kau berkata, "Aku tidak butuh pakaian lagi, bajuku ini masih layak." Padahal aku tahu pakaianmu telah begitu lusuh. Kau tertawa senang setiap aku menggendongmu pulang, padahal aku tidak memberimu mobil mewah. Kau menangis bahagia setiap kita duduk berdua di sofa bekas yang sudah jelek, berlubang, bahkan tidak empuk. Kau berkata, "Aku bahagia hidup bersamamu. Berdua seperti ini." Kau bahkan tidak benci dengan gubuk kecil yang kusediakan untuk kita tinggal bersama. Gubuk kecil yang bahkan hanya cukup untuk garasi mobil.

Sayangku,
aku sering menemukanmu terbangun dini hari untuk shalat malam. Aku mendengar doamu. Syukurmu yang terpanjat setiap hari atas kebahagiaan yang Tuhan berikan padamu. Syukurmu atas adanya aku. Aku mendengar kau mengatakan tak membutuhkan apa-apa lagi, aku mendengar kau mengatakan agar kita bisa selalu seperti ini.
Kau tahu sayang?
Aku ingin memelukmu saat itu juga.
Aku ingin mengatakan aku bahagia memilikimu,
aku bahagia karena aku mencintaimu.

Sayangku,
aku masih ingat hari dimana kau bilang, "Hari ini saja, sayang, aku ingin bersantai, denganmu."
Aku tertegun. Aku tidak cukup kaya untuk mengajakmu ke cafe ataupun mall, sayang.
Maka aku mengajakmu berjalan sekitar gubuk kecil kita. Bermain bersama burung-burung kecil, berjalan di sekitar rel kereta api, dan bergandengan tangan, tanpa pernah aku merasa ingin untuk melepaskan gandengan tanganku.
Aku tahu ini terlalu sederhana, dan tidak mungkin cukup membahagiakanmu.
Tapi kau tersenyum, sayang.
Kita bersenang-senang, berdua, menghabiskan waktu yang berjalan terlalu cepat.

Kau tahu, sayang?
Setiap kali aku mengecup keningmu, aku ingin menyampaikan padamu betapa aku mencintaimu.
Jika kau meminta aku untuk mengungkapkan seberapa besar cintaku padamu,
andaikata sepanjang hidup aku meneriakan cinta pun belum cukup untuk mengungkapkannya.

Sayang,
mencintaimu benar-benar mengajarkan aku berbagai macam hal. Hal yang tidak diajarkan oleh sekolah, sekumpulan buku pelajaran, juga oleh rumus dan teori yang rumit.
Kau mengajarkan aku bahwa, cinta sejati, tidak pernah mengutamakan wajah untuk menjadi indah.
Cinta sejati, tak membutuhkan suara untuk menjadi juara.
Cinta sejati, tak menginginkan harta untuk menjadi nyata.
Cinta sejati, tak mengenal berapa lama waktu yang telah dihabiskan bersama, karena ketika kita saling mencintai, waktu seolah tidak eksis, berjalan begitu cepat.

Sayang,
terima kasih.
Aku mencintaimu, sayangku. Dan tak pernah setengah hati.

0 komentar:

Posting Komentar