People said, "Parents know best."
Dan ternyata itu benar. 
Aku tidak pernah, dan tidak akan pernah menyesali keputusan apapun yang diambil saat ini. 
Jika aku meninggalkan seseorang yang baik, aku akan menangis. Tapi nyatanya tidak sama sekali.
Jika
 aku meninggalkan seseorang yang layak kuperjuangkan, aku akan sendu 
selama berminggu-minggu. Tapi nyatanya tidak ada seorang pun yang 
mengira aku begitu. 
"Kamu kok cerahan? Kayak lagi bahagia banget."
Itu
 yang orang bilang padaku akhir-akhir ini. Benar-benar bukan statement 
yang biasanya muncul ketika seseorang baru saja kehilangan seseorang 
yang pernah berarti baginya.
Ah, bagaimanapun juga aku ingin bercerita tentang satu perpisahan.
Walau seindah-indahnya semua yang pernah terjadi, 
tulisan ini tidak pernah aku persembahkan untuk kamu, senyata-nyatanya kamu. 
Ini aku persembahkan untuk kamu yang semu,
yang hanya ada pada waktu sebatas dahulu. 
Yang mungkin selama ini hanya mendiami angan-anganku.
Maaf untuk kesalahanku.
Aku pasti memaafkan kesalahan kamu yang sayangnya baru aku tahu setelah semuanya menjadi seperti ini. 
Bukan
 umurnya lagi perpisahan membuat kita bermusuhan ya, you told me we will
 be a great partner, even though I don't think so. Two lovers shouldn't 
be best friends because there was a love between them :)
Setidaknya, kita masih bisa saling mendoakan kebahagiaan masing-masing.
Karena
 aku mau tidak ada sesuatu apapun yang akan menghalangi kebahagiaan kita
 masing-masing dengan seseorang yang baru kelak. Amin.
Aku
 bahagia kalau kamu sekarang akan mengejar dia yang benar-benar kamu 
inginkan selama bertahun-tahun. Silahkan, aku pernah memintamu berjanji 
jangan melukai siapa-siapa lagi. 
Pun
 aku, akan mempertahankan siapa yang benar-benar aku inginkan. 
Setidaknya, siapa yang aku anggap menjadi rumah untuk aku, tempat aku 
pulang, selalu.
Terima kasih untuk 15 bulan yang entah penuh kebohongan atau tidak, pada akhirnya.
Aku sayang keluarga kamu, yang sudah seperti keluarga aku sendiri. Terlebih pada Umi.
Sampaikan maafku
 untuk beliau yang terlanjur menyebut aku "Calon Menantu"nya di depan 
keluarga besar hehe, siapa yang gak seneng kalo punya menantu sebaik 
Umi, tapi sayangnya bakal ada yang lebih berhak untuk itu. Makasih Umi 
udah ngajarin aku masak. :)
Terima kasih untuk kenang-kenangan terakhirnya.  
Terima kasih, karena kamu aku jadi lupa bagaimana caranya melihat ketulusan. :)
Jaga diri baik-baik ya. Sayonara. 
0 komentar:
Posting Komentar