: Zarry Hendrik   
"Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia. Bukan 
karena aku tidak ingin kamu bahagia, melainkan karena bukan aku yang 
membahagiakanmu. Itu menyakitkan, seperti pukulan yang sebenarnya
 ingin buatku tersadar. Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk, supaya aku
 dapat melihat Tuhan memakai kenangan ini untuk buatku dipenuhi 
kesiapan, sehingga doa dapat melahirkan semangat dan kemudian buatku 
bangkit.
Namun ketahuilah sebelum aku sudah tak lagi 
mencintaimu, ini darahku mengalir membawa bayang-bayangmu mengelilingi 
tubuhku dan jantungku berdenting demi kau menari-nari di pikiranku.
 Ada satu hal yang sampai hari ini masih membuat aku bangga menjadi aku,
 itu karena aku mampu terima kamu apa adanya. Aku meminta ampun kepada 
Tuhan, sebab aku pernah berharap kalau suatu saat, ketika angin 
menghempasku hilang dari daya ingatmu, aku ingin tak pernah lagi 
menginjak bumi. Sebab hidup  jadi terasa bagaikan dinding yang dingin. 
Aku harus menjadi paku, sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya. 
Memukul aku, memukul aku dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap
 kuat.
Pada akhirnya, semoga, tidak kamu lagi yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum pulas. Amin."
0 komentar:
Posting Komentar