Picture from this site.
Kamu aneh.
"Sini sini duduk sebelah aku."
Pukul 8 malam, dan kamu malah mengajakku duduk di sebuah halte di tengah kota.
"Kan lucu, kayak orang jaman dulu yang pacaran di halte." Lanjutmu, polos.
Aku terdiam sesaat sebelum mengambil tempat di sebelah kamu, "Emang kita pacaran?"
Kamu menatapku pelan, "Aku kan tadi bilang orang jaman dulu."
"Ini minum buat kamu."
Kamu dan cara berjalanmu yang khas, menyerahkan segelas teh hangat untukku yang kamu ambil dari warung sebelah halte.
"Thanks." Aku menyesap tehku yang ternyata masih terlalu panas. "Aw."
Aku tidak jadi meminum tehku dan memilih untuk memperhatikan wajahmu dari samping.
Kamu yang sedang meminum teh hangat yang seperti memberikan kamu ketenangan.
Kamu,
seandainya kamu tahu, kehadiran kamu itu jauh lebih menenangkan daripada segelas teh hangat ini.
"Kok gak diminum?"
"Masih panas."
"Kirain kamu cuma suka kopi. Kamu suka teh kan?"
Aku mengangguk, "Suka, kok."
Tapi aku lebih suka memperhatikan kamu.
"Sebenarnya.. kita ini apa?" Lanjutku, perlahan, dengan penuh keraguan.
"Aku nyaman sama kamu."
"Aku juga.. lalu?"
"Entahlah.. aku suka menghabiskan waktu dengan kamu."
"Hanya itu?"
"Sudahlah, jangan dibahas."
"Aku seperti menemukan orang yang tepat di waktu yang salah."
"Cinta itu irrasional, Fa.."
Aku terdiam dan menatap ke arah jalanan dan beberapa mobil yang melintas di depan kita.
"Kamu mau pulang?" Tanyamu tiba-tiba.
Aku menggelengkan kepalaku, "Santai aja, teh aku belum habis."
"Masih panas ya emang?"
"Lumayan sih..." Aku meniup tehku pelan-pelan.
Kamu meraih gelas dari tanganku, "Jangan ditiup, jelek tau.. nanti udara bekas dari badan kamu malah nempel ke teh ini.."
"Buat kamu aja deh tehnya. Masih mau ya?"
"Loh? Kamu gak mau?"
Aku menggelengkan kepalaku, "Lagi gak mood."
Dan aku lebih suka memperhatikan sosok kamu.
"Ya udah, habis ini aku anter kamu pulang ya." Kamu mengelus kepalaku pelan dan aku mengangguk.
Kamu meminum setengah dari tehku dan mengantarkannya kembali ke warung di sebelah halte. Aku menatap sosokmu dari belakang dan aku tahu, degupan di jantungku mempunyai ritma berbeda untuk kamu.
Ya, aku mencintai kamu. Dan aku tidak pernah secinta ini pada siapapun.
"Pulang sekarang?"
Tempat dimana aku tidak bersama kamu tidak bisa dikatakan tempatku pulang.
"Udah jam berapa sih ini emangnya? Malam ya?"
Menyebalkan sekali bagaimana waktu tidak pernah berjalan sebrengsek ini cepatnya jika aku tidak bersama kamu.
"Udah mau jam 9, aku antar kamu ya."
Ini bukan kisah Cinderella dan pangerannya yang dipisahkan oleh tengah malam dan dengan mudahnya dapat dipertemukan kembali lalu bahagia selama-lamanya.
Tuhan memberiku jarak dengan kamu yang dinamakan realita.
Dan jika tentang kamu, Tuhan seolah tidak memberiku pilihan lain selain mengikhlaskan.
0 komentar:
Posting Komentar